Sabtu, 07 November 2009

menikah

Menikah? Mengapa kita harus menikah? Mengapa belum juga menikah? Mengapa tidak menikah? ....Ketika membicarakan masalah ini rasanya terlihat banyak hal yang misterius di dalamnya. Seberapa pun banyaknya teori, ataupun pengalaman2 tentang pernikahan yang telah terjadi, ataupun telah gagal, bahkan dengan dalil2 dan teori tentang pernikahan yang ada dalam Qur’an – Hadist,…

.semuanya itu rasanya tidak mampu untuk memecahkan misteri yang ada dalam pernikahan,….sejak belum menikah, menjelang pernikahan, saat pernikahan dan bahkan setelah menikah. Rasanya tidak ada satupun dari sekian juta ‘pengalaman pernikahan’ yang ada memberikan masukan sama tentang ‘bagaimana mendapatkan pasangan yang cocok untuk dinikahi’, ‘seperti apa pernikahan yang baik itu’, bagaimana menjaga pernikahan yang baik, selamanya mawadah wa rohmah’, ‘bagaimana mencegah perceraian ketika pernikahan menghadapi ‘badai perkawinan’,. dan lain-lain cerita2 di seputar pernikahan.

Pada makalah seorang teman yang disampaikan pada acara UNIK (Usia Nikah) di suatu daerah, dinyatakan bahwa ‘Menikah adalah penyatuan hati 2 anak manusia yang saling mencintai dalam ikatan suci atas nama Ilahi’ ; ‘ Menikah adalah menyatukan 2 keluarga yang berbeda dalam satu ikatan sehingga menjadi sama’, Menikah bukanlah ‘1+1=2’, tetapi ‘(1-1/2)+(1-1/2)=1’. Mungkin masih ada versi lain lagi dari teori ‘definisi pernikahan’. Sedangkan dari sudut pandang agama Islam, cukup banyak dalil2 pernikahan yang menjadi ‘dasar’ yang akan lebih mendorong seseorang untuk menikah, diantaranya adalah: QS Ar-Rum ayat 21: ‘Dan dari sebagian tanda2 kekuasaan Alloh, maka Alloh menciptakan dari diri kamu sekalian beberapa istri (jodoh) agar ada di antara kamu sekalian mawadah (kasih sayang) dan rohmah (rohmat)’. Di dalam beberapa hadist, juga cukup banyak keterangan2 tentang keutamaan2 orang menikah, keutamaan di dunia dan di akherat. Diantaranya adalah: ‘Ketika salah satu kamu sekalian menikah, maka setan berteriak “Duh celaka, telah terjaga Ibnu Adam 2/3 agamanya dariku” ‘; ‘mencarilah rejeki dengan jalan menikah’; ‘2 rakaat sholatnya orang yang berkeluarga pahalanya 82 kali dibandingkan 2 rakaat sholatnya orang bujangan’, dan lain-lain. Teori2 dan ayat2 tentang pernikahan tersebut menggambarkan betapa sangat mulianya pernikahan. Hampir seluruh manusia berharap dapat menikah, atau memperoleh pernikahan yang baik.

Dan KENYATAANnya, betapa sangat tidak mudahnya pernikahan bagi sebagian orang di muka bumi ini. Betapa banyak media2 perjodohan, yang formal seperti terdapat di majalah2 atau koran2 seperti YASCO, KONTAK, dan lain2, atau di media Radio dan Televisi, Internet, yang sepertinya tidak pernah sepi peminat, serta adanya pengurus pernikahan (Tim PKW) pada banyak kelompok pengajian, atau bahkan ‘comblang2 informal’ yang menawarkan pertolongan untuk mempertemukan laki2 dan perempuan yang hendak menikah: Entah berapa persen ‘tingkat keberhasilan’ usaha2 tersebut dalam menghasilkan ‘pernikahan para peserta’nya. Yang jelas, ‘usaha/bisnis’ pernikahan tersebut tidak pernah akan kekurangan apalagi kehilangan pasar. Dan masih sangat banyak ‘perjaka disana’ dan ‘perawan di sini’ (termasuk barangkali juga para duda dan janda, …dan yang ingin wayuh) yang ‘antre’ untuk dipertemukan,….dan barangkali cocok…..karena ‘sekedar pertemuan’ belum menjamin para perjaka dan perawan tersebut bisa dinikahkan,…..’harus cocok’ dulu. Kata terakhir untuk menyatakan tingkat keberhasilan ini biasanya adalah “Jodoh di tangan Tuhan”, atau “Kalo udah jodoh nggak akan kemana”..

Alhamdulillah, Alloh maha adil, maha bijaksana, tidak menjadikan pernikahan sebagai ibadah wajib, sebagaimana wajibnya kita untuk sholat, puasa di bulan Romadhan, membayar zakat dan haji jika mampu. “Menikah adalah sunnah Nabi”. Ada sangat banyak keutamaan, kefadholan dan kemuliaan bagi orang yang menikah, baik di dunia maupun di akherat. Tetapi,… ‘tidak ada dosa’ bila seseorang tidak menikah, dengan catatan bahwa ‘agamanya tetep terjaga’. Tanpa bemaksud meremehkan pernyataan ‘tidak ada dosa’, saya cuma berpikir dan sedikit merenung, ‘Seandainya menikah adalah wajib seperti wajibnya sholat 5 waktu dalam sehari yang harus dilakukan, alangkah kasihannya orang yang mungkin bukan atas kehendaknya tidak juga menikah hingga usia kematiannya, tetapi harus menanggung dosa karena tidak menikah’.

Kadang2 saya merasa aneh juga,…kenapa ya ada banyak perjaka dan perawan di sini dan disana, ada banyak keakraban di antara para perjaka dan perawan tersebut, ada banyak kali juga pertemuan2 antara mereka,….kok mereka tidak juga menikah, ‘tidak nyambung2’, bahkan di usia yang kadang sudah ‘kelewat nisof’ untuk menikah. Ketika bertanya pada mereka mengapa belum menikah? Jawabannya juga aneka rupa. Ada yang memang masih ingin bebas atau lebih menyukai kebebasan, dan tidak menyukai keterikatan dengan pernikahan; ada yang trauma, tidak mau lagi disakiti karena mempunyai hubungan yang mendalam dengan lawan jenis; ada yang bilang ‘belum cocok aja’; ada juga yang bilang belum sesuai kriteria ortu; bahkan, biasanya karena usia yang sudah ‘kelewat dewasa’ (atau ), ada juga yang menyatakan ‘udah males mikirin masalah satu itu, banyaktua?? hal lain kok yang bisa dilakukan’. Dan masih banyak lagi ‘alasan2’ seseorang belum, atau mungkin tidak menikah.

Biasanya ’resume jawaban’ dari masalah ‘belum/tidak menikah’ itu adalah ‘belum qodar’. Pada sisi lain, mungkin memang yang bersangkutan tidak melakukan usaha apapun untuk bisa . Tapi janganmenikah,…..mungkin menunggu ‘pangeran/putri’ jatuh dari langit, salah, banyak juga yang sudah kesana kemari ‘mencari jodoh’, juga sudah berdoa siang malam, sholat hajat berkali-kali, sholat tahajud, …..juga sudah pasrah untuk ‘menikah dengan siapapun’ asalkan ‘orang iman’,…..tetap saja belum dapat jodoh.

Pada sebagian orang yang lain lagi, menikah menjadi urusan yang sangat mudah. Tidak betul-betul serius dalam doa atau sholat hajat, juga tidak kesana kemari cari jodoh, kok ndilalah tiba2 saja ada tamu datang dari jauh, kenalan sebentar terus cocok dan bisa segera menikah. Ada juga yang sudah berkali-kali menolak, kok yang ditolak itu ya pantang mundur sehingga akhirnya yang dilamar berkali-kali ini akhirnya nyerah juga, dan akhirnya menikahlah mereka. Ada juga yang beramar ma’ruf pada temennya tiba2 sang muridnya malah ngelamar untuk menikahinya, dan jadilah mereka. Masih banyak lagi cerita2 sejenis ini, yang jelas pengalaman kemudahan menikah tidak sama pada setiap orang. Dan keberhasilan satu pasangan dalam pernikahan pun juga tidak bisa selalu ‘dicontek’ sebagai referensi bagi yang belum menikah untuk bisa menikah, atau mendapat pernikahan yang baik.

Itulah hidup. Pernikahan ‘hanyalah’ salah satu ‘tugas/amanat’ dalam menjalani hidup beribadah pada Alloh. Sesungguhnya masih sangat banyak yang bisa dilakukan dalam sehari semalam, 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu, ……setiap saat,…untuk bisa mengisi waktu hidup, untuk tidak banyak melamunkan ‘sang pangeran atau putri’ yang tidak kunjung muncul, ….untuk tidak menganggurkan diri,…untuk terus berusaha mencari ‘lapangan amal sholeh’ yang lain, atau mencari ‘penjagaan agama’ yang lain. Satu hal yang mungkin harus sering2 diingat adalah “Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu”…….Kita diciptakan bukan untuk (sekedar) menikah,….tapi adalah untuk beribadah. Jadi,….ketika kita akan ibadah melalui jalan ‘menikah’ kok jalannya sulit, cobalah cari ‘jalan lain’ untuk beribadah, untuk menjaga agama kita masing2. Sangat2 banyak ‘jalan lain’ ini. Bukalah lagi segala ayat2 dalam Qur’an dan Hadist,…bacalah, pahami, review diri kita masing2 ‘ibadah apa saja yang sudah saya lakukan dan mana yang belum saya lakukan’….praktekkan segala perintah ibadah yang ‘tidak hanya’ menikah itu. Ini satu2nya cara tetep menjaga agama dan keimanan ketika kita belum/tidak menikah. Barangkali harus ‘jungkir balik’ mengatur waktu untuk memperbanyak ibadah dari pagi hingga malam hari di antara kesibukan kerja kita,.’mengais2 pahala’ dengan amalan2 baik yang paling kecil pun, seperti sekedar ‘sodaqoh senyum’ misalnya, atau sekedar ‘memberi salam’….semua itu berpahala. Ini perjuangan,….barangkali memang belum bisa membandingi pahalanya orang menikah yang telah terjaga 2/3 agamanya itu, dan telah dilimpahi banyak kesempatan limpahan rohmat. Tapi saya sangat percaya Alloh maha adil, Alloh tidak akan pernah mengabaikan amalan hambaNya sekecil apapun,…dan Alloh juga tidak akan mengabaikan hambaNya yang belum/tidak menikah.

Bagi yang telah menikah, banyaklah bersyukur karena perjuangan menjaga agama barangkali menjadi lebih ringan karena tidak dilakukan sendirian. Selalu ada teman dalam setiap langkah perjuangannya. Realisasikan kesyukuran ini dengan berusaha terus menjaga pernikahan dan hidup berkeluarga di ‘jalan Alloh’.

Itulah pernikahan.
Just my opinion.





[Submitted by iwo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar