Sabtu, 07 November 2009

siapa bilang bahasa inggris itu nyebelin...??

Ketika kita mendengar kata inggris, apa yang akan langsung muncul di otak kita? Susah? Malas? Ribet? Bahasa yang nyebelin? Ataukah kata-kata lain yang pada intinya menunjukkan kebencian mendarah daging kita untuk belajar bahasa inggris? Well... jujur saja. Dari dulu sampai sekarang, itulah yang telah menjadi paradigma umum masyarakat kita (kita, Indonesia... kecuali kalau kamu yang membaca artikel ini berkewarganegaraan belanda, lain soal lagi ceritanya, saya lepas tangan lho...), bahwa inggris adalah bahasa yang membosankan, yang susah, yang ribet, bahasa yang harus kita pelajari karena terpaksa karena tuntutan Ujian Nasional, mungkin... bagi yang masih memiliki status sebagai pelajar... atau karena inggris adalah syarat mutlak bagi sebagaian besar lowongan pekerjaan... bagi mahasiswa atau para job seeker, misalnya. Dan sialnya... itu telah menjadi persepsi yang membuat bahasa inggris dibenci bagi sebagian besar dari kita.
Padahal, bila kita pikirkan lagi (pikirkan dengan matang dan tentunya... secara sadar, bukan sambil melamun) inggris tidaklah separah kedengarannya. Tentu saja, karena yang membuat persepsi seperti itu adalah otak kita sendiri. Lalu sekarang, bagaimana caranya agar kita bisa belajar bahasa inggris (dan menguasainya, tentu saja...) tanpa membuat otak kita berasap?
Coba sekarang perhatikan pertanyaan ini...

Mengapa kamu ingin belajar bahasa inggris?

Oh, tidak... jelas kalau saya memberikan pertanyaan ini, kamu bisa dengan mudahnya menjawab tanpa perasaan berdosa sama sekali, “saya gak pernah ingin belajar bahasa inggris , kok...” atau, “siapa juga yang mau belajar bahasa inggris? Ke-ge-er-an banget sih...”
Sekarang saya ubah pertanyaannnya...

Mengapa kamu terpaksa belajar bahasa inggris?

Nah, sekarang jelas kamu mau nggak mau harus menjawab pertanyaan ini kan?
Banyak yang akan menjawab, saya yakin dengan jawaban klise “ah, inggris muncul di UAN sih...” atau “kalau nggak belajar bahasa inggris, nanti gak bisa nyari pekerjaan dong...” atau lagi “gimana ya... saya dipaksa orang tua untuk kursus sih...”
Jujur... itu kan yang akan jadi jawaban kamu semua? Gak usah menyangkal, karena saya yang menulis artikel ini pun, sampai sekarang, jawabannya akan seperti itu (ini betulan lho...). Tentu saja, sesuai dengan jenjang dan status yang saya miliki. Dan saya rasa memang tidak bisa menemukan jawaban yang lebih tepat lagi selain jawaban-jawaban itu. Tapi, apakah kita lantas akan langsung menyerah bagitu saja, di depan pasukan perang digjaya bernama bahasa Inggrisdan kroninya? Tentu tidak, kan...?
Kita rasanya tidak punya pilihan lain selain mempelajari bahasa inggris (tentu saja, kabur darinya pun percuma... kita tentu tidak mau bila tidak lulus UAN gara-gara bahasa inggris, kan? Atau mendapat predikat pengangguran abadi [hiperbola banget ya...] gara-gara tidak menguasai bahasa inggris?)
Nah, jadi sekarang yang menjadi pertanyaannya,

Bagaimana agar kita bisa mempelajari bahasa inggis dengan perasaan senang di hati?
Bagaimana agar kita bisa memperlajari bahasa inggris seceria kita bermain play station 3?

Itu... adalah pertanyaan yang bisa dijawab dengan MUDAH....
SANGAT MUDAH.. maksud saya...
BETUL-BETUL MUDAH...
Kamu nggak percaya...?
Oke... teruskan saja membacanya...
Tapi, dalam artikel ini, kamu tidak akan menemukan cara bagaimana caranya bisa lulus ujian bahasa inggris dengan nilai tertinggi di sekolah, ataupun di kampus. Artikel ini juga tidak akan menjamin kamu bisa mendapat pekerjaan di perusahaan bonafit multinasional, kalau itu memang yang jadi tujuanmu dari awal. Percaya deh, udah banyak lembaga pendidikan yang memberikan jaminan seperti yang saya sebutin di atas tadi. Jadi saya tidak perlu menambah dartarnya. Yang saya tekankan di sini adalah, bagaimana caranya agar kita bisa menganggap inggris itu adaah bahasa yang mudah dan menyenangkan untuk dipelajari.

empat kesalahan fatal dalam mempelajari bahasa Inggris

Sebelum melanjutkan, coba baca dulu tiga kesalahan paling fatal yang pernah dilakukan para “english learner” selama ini. Atau jangan-jangan kamu sendiri pernah melakukannya?

Menganggap bahasa inggris itu susah


yang jadi permasalahan sekarang adalah, otak kita sendiri lah yang membuat bahasa inggris tampak susah. Bila kita telah berpikir bahwa inggris itu sialan (MAAF... hanya untuk menegaskan), maka selamanya inggris itu akan menjadi musuh abadi kita. Bila kita selamanya menganggap bahwa inggris itu susah, maka selamanya kita tak akan pernah bisa mengusai bahasa tersebut.
Saya pernah berbicara dengan seseorang yang berkata, “ah, inggris itu susah...” saya yakin sepenuh hati, dia sampai kapanpun tidak akan pernah bisa menguasai bahasa inggris. Mengapa? Karena sudah terparti dalam otaknya, bahwa bahasa inggris itu susah, maka otak akan melakukan tindakan untuk mencegah dirinya mengerti tentang bahasa inggris (eh... penjelasan lebih detail mengenai hal itu, silakan tanya langsung kepada orang yang mengerti psikologi, oke? Karena saya hanya tahu gars besarnya saja. Tapi setidaknya, kamu mengerti, kan?).
Jadi, sekarang tanamkan dalam hati (atau kepala... terserah yang mana saja...) kita, bahwa bahasa inggris itu mudah. Cukup. Pikirkan itu dulu selama beberapa saat, tak usah berpikir yang macam-macam dulu (contohnya... bagaimana cara menghapal vocabulary, bagaimana cara mengerti grammar... bagaimana... hei, kok saya yang jadi menyebutkannya satu-satu? Oke... lupakan yang tadi). Cukup ada di dalam pikiran kita bahwa inggris itu sangat sangat mudah sekali (ambigu... ). Maka, kamu akan seratus kali lebih mudah untuk mempelajarinya.

Menganggap bahasa inggris adalah pelajaran menghapal

Warisan salah kaprah sebagian besar guru bahasa inggris (bukan bermaksud menjelekkan profesi guru bahasa inggris, tapi setidaknya, itulah yang saya alami selama bergaul dengan guru-guru bahasa inggris yang mengajar saya sejak SD) adalah anggapan bahwa bahasa inggris adalah pelajaran hapalan. Tidak sepenuhnya salah memang, tapi bukan berarti ini bisa didiamkan begitu saja. Bila kita terjebak dalam doktrin bahasa inggris harus menghapal tersebut, maka saya bisa menjamin (tanpa garansi, tapi...) kalau kamu tak akan pernah bisa lancar berbahasa inggris. Faktanya selama ini, inggris adalah ilmu yang menuntut praktek dengan intensitas yang tinggi (mengerti? Oke, bahasa yang lebih sederhananya, inggris harus lebih banyak praktek, bukan teori). Jadi, kenapa tidak kita langsung peaktekkan saja?

Menganggap bahwa inggris adalah pelajaran teori


“Theory-oriented learning” dalam bahasa inggris adalah menyesatkan....!! (terlalu sarkastik, ya? Mau gimana lagi, ini untuk memperjelas segalanya, oke?). bila kita terlalu terpaku pada teori inggris, maka ucapkan saja selamat tinggal pada bahasa inggris. Jujur... kita muak dengan pelajaran yang banyak teorinya, kan? Apalagi bila harus menghapal buku tebal yang bisa membuat anjing langsung gegar otak bila terkena lemparannya. Lalu mengapa kita harus mengklasifikasikan bahasa inggris sebagai pelajaran teori? Buang jauh-jauh persepsi itu, karena bahasa inggris, adalah pelajaran praktek, bukan teori. Itu kuncinya. Seperti yang telah saya sebutkan dalam point yang kedua diatas.

Tidak berani melakukan kesalahan

Kehati-hatian memang bagus, tapi bila terlalu hati-hati, justru kita malah akan menjadi paranoid dan tidak berani mengambil resiko. Gampangnya, kita tidak akan maju. Itulah yang Terjadi dalam mempelajari bahasa inggris bagi sebagian orang yang takut melakukan kesalahan. Justru, kesalahan diperlukan (malah dianjurkan) dalam mempelajari bahasa inggris, terutama ketika kita sedang mempraktekkannya. Dengan begitu, maka kita akan bisa tahu di mana letak kesalahan kita, dan kita akan akan mengerti untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Tanpa kesalahan, seseorang tidak akan mengerti di mana kesalahannya. Maka,jangan malu bila seseorang mengoreksi pengucapan atau tulisan inggris kamu, karena orang yang melakukan kesalahan dalam tahap belajar sama sekali tidak hina, malah justru, sebaliknya.

sekarang, Cara paling efektif untuk mengatasi empat kesalahan itu, tentu saja adalah dengan merubah semua persepsi dan paradigma keliru kita tentang bahasa inggris.

Anggap bahwa bahasa inggris itu mudah


Langkah awalnya, tentu saja, kita harus mengganggap bahwa bahasa inggris itu mudah. Dan bukan hanya di bahasa inggris saja, tapi dalam semua hal yang kita pelajari, anggaplah bahwa mempelajari mereka semua segampang membuar mie instan (analogi yang aneh... tapi biarlah...). maka itu akan membuat semuanya tampak seratus kali lebih mudah daripada ketika kita mengganggapnya sulit. Percaya deh...

Lebih sering praktek

Bahasa, apapun itu... tidak akan pernah bisa dikuasai oleh seseorang tanpa adanya elemen paling penting dalam pembelajaran, yaitu praktek (atau practice, istilah kerennya gitu...). bahasa inggris juga demikian. Bila kita hanya mempelajarinya secara teori (sebagai contoh, mengheapal rumus-rumus dan pola-pola grammar, perubahan kata kerja, dst), maka, bisa dipastikan, kita akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajarinya. Selain itu, bahasa inggris akan berubah menjadi ilmu yang membosankan (seperti yang telah saya sebutkan di atas kan? Kita semua muak dengan pelajaran yang terlalu babyak teorinya...). kalau kita sudah mengganggap inggris membosankan, ya sudah... say goodbye aja deh, untuk bahasa inggris.

Berani melakukan (atau membuat) kesalahan


Subjudul di sini bukan berarti saya menganjurkan kamu untuk berani berbuat salah (bahasa yang sederhananya, maling, nyopet, ngejambret... dll), karena bukan itu maksudnya, dan itu jauh sekali di luar konteks artiekel ini, tentu saja. Tapi, yang jadi penekanan adalah bagaimana kita bisa menghapus rasa malu dan takut untuk membuat kesalahan ketika kita mempelajari bahasa inggris. Saya di sini lebih masuk ke dalam konteks inggris yang dipelajari dalam bentuk praktek. Mengapa? Praktek itu membutuhkan, jelas, lebih dari sekedar kemampuan teoritis dalam berbahasa inggris. Yang paling diperlukan, tentu saja, adalah kemampuan “muka tebal” (pede, Ngerti?). kita tidak seharusnya malu ketika kita ingin mempraktekkan bahasa ingggris. Tapi tentu saja, yang menyebabkan kita malu untuk berbicara bahasa inggris adalah karena kita takut salah dan dikoreksi oleh orang lain kan? Jujur... itu jawaban yang akan dikeluarkan sebagian besar dari kita, kan? Tapi kenapa? Kenapa kita harus malu? Kalau memang lawan bicara kitapun statusnya masih sama seperti kita, yaitu belajar (kecuali kalau kita berbicara dengan dosen S2 sastra Inggris yang senang mengkritik, itu lain lagi ceritanya, dan sekali lagi, itu di luar konteks kita sekarang). Jadi intinya, hilangkan rasa malu, rasa takut berbuat kesalahan, dan... pede aja lagi..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar